Langsung ke konten utama

Karies

         Di Indonesia, hasil Survei Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, antara lain: prevalensi penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut adalah 23,4%, penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi aslinya adalah 1,6%, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%, dan penduduk dengan masalah gigi-mulut dan menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga kesehatan gigi adalah 29,6% (Persatuan Dokter Gigi Indonesia, 2010). Penderita karies gigi di Indonesia memiliki prevalensi sebesar 50–70% dengan penderita terbesar adalah golongan balita (Departemen Kesehatan RI, 2010).

           Berdasarkan teori Bloom, status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Perilaku mempunyai peran penting untuk mempengaruhi standar kesehatan gigi dan mulut. Perilaku dalam memelihara kesehatan dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sikap dan tindakan atau praktik. (Notoatmdjo S, 2007).

          Banyak kasus karies gigi tidak mendapatkan perawatan yang baik dikarenakan ketidakpahaman cara merawat karies gigi. Akibat dari perawatan yang kurang akan menimbulkan dampak pada pertumbuhan gigi. Hal ini dapat menyebabkan pembengkakan pada wilayah gigi jika tidak ditangani dengan cepat. Pembengkakan pada wilayah gigi dapat ditandai dengan adanya nanah didalam gusi (Gunadi, 2011).

         Salah satu upaya pencegahan adalah dengan cara meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap. Pendidikan kesehatan adalah salah satu cara meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap. Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat. Adanya pesan dari pendidikan kesehatan kepada masyarakat dapat merubah pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik, sehingga dapat berpengaruh terhadap perilaku (Notoatmodjo, 2007).


Cara mengatasi penyakit gigi dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung kondisinya masing-masing antara lain: 


1. Perawatan fluoride

    Perawatan fluoride dilakukan jika gigi berlubang baru saja muncul. Perawatan fluoride akan membantu memulihkan  lapisan email gigi yang terkikis. Pilihan perawatan fluoride dapat berupa gel, cairan, busa atau obat yang dioleskan pada gigi bolong.





2. Tambal gigi

    Perawatan dengan melakukan tambal gigi dilakukan jika gigi telah membusuk. Selama proses tambal gigi, dokter akan membuang bagian gigi yang rusak dengan bur. setelah gigi yang rusak dibuang, maka berikutnya adalah proses tambal gigi. Tambal gigi menggunakan bahan khusu seperti porselen, komposit resin, emas atau perak.

 


              3. Crown  

    Pengobatan crown akan di pilih jika pembusukan gigi telah meluas dan kondisi melemah. Tindakan crown dilakukan dengan cara memasang mahkota gigi palsu diatas gigi yang berlubang. Sebelum memasang mahkota gigi, dokter akan membuang bagian gigi yang telah rusak dan menyisakan sebagian kecil sebagai tumpuan. Mahkota gigi dibuat dengan bahan yang sama seperti membuat gigi palsu , yaitu porselen, komposit resin atau emas.


 

                4. Perawatan saluran akar

   Perawatan saluran akar dilakukan jika kerusakan telah sampai ke akar gigi. Perawatan ini dilakukan sampai ke akar gigi. Perawatan ini dilakukan untuk memperbaiki dan menyelamatkan gigi tanpa harus di cabut.

 


5. Cabut gigi 

     Cabut gigi biasanya dilakukan jika gigi bolong sudah mengalami kerusakan parah dan tidak dapat dipulihkan. Tindakan mencabut gigi bolong akan meninggalkan celah. Untuk mengatasinya, anda bisa melakukan pemasangan gigi palsu atau implan gigi

 

Komentar